Your alt title

Apa Motif di Balik Teror Bom Buku?

Teror bom kembali menghantui Jakarta. Kali ini bom yang dibungkus dalam sebuah buku menjadi modus terorisme baru. Setelah berbagai teror yang dilakukan, melalui bom di hotel-hotel, tempat wisata di Bali dan beberapa tempat ibadah, kini ada tiga paket bom yang sama beredar pada hari yang sama dan ditujukan kepada orang yang berbeda.

Paket bom pertama ditujukan kepada aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar-Abdall. Bom yang dibukungkus dalam sebuah buku itu dikirim ke Komunitas Utan Kayu di Jalan Utan Kayu Nomor 68 H, Jakarta. Paket diterima pukul 10.00.
Naas, sore hari bom itu meledak saat hendak dijinakkan Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan. Lima orang terluka, termasuk Dodi yang tangan kirinya putus.

Bom kedua beredar sore hari. Sekitar pukul 16.00, seseorang mendatangi rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Yapto S Soerjosoemarno dan menyerahkan sebuah bungkusan kepada petugas keamanan di rumah itu. Yapto yang tiba di rumah pada pukul 19.00 curiga dengan paket tersebut dan menghubungi polisi. Paket itu ternyata berisi bom dan berhasil dijinakkan dengan cara diledakkan oleh tim Gegana.

Selanjutnya, sekitar pukul 21.30, paket bom juga dikirim ke Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta. Paket bom ditujukan kepada Kepala Pelaksana Harian BNN Komjen Pol Gorries Mere. Pasukan Gegana menjinakkan bom dengan cara meledakkannya.

Gorries sendiri selama ini juga dikenal sebagai tokoh penting dalam sepak terjang Densus 88, unit pasukan anti-teroris Polri dalam memberangus gerakan terorisme di Indonesia. Menurut Ketua Tim Advokasi FUI, Munarman, selain sebagai Kepala BNN, Gories juga sempat menjadi Komandan Satgas Anti Bom. Ia bertanggungjawab langsung kepada Kapolri. Satgas Anti Bom inilah yang paling berperan dalam menyiksa dan membunuhi para tersangka aktivis Islam yang dituduh sebagai teroris.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar mengatakan, paket buku berisi bom yang dikirimkan ke tiga tempat kemarin memiliki kemiripan. Judul buku, nama, maupun alamat pengirim sama.
"Semua sama," kata Boy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/3/2011), ketika ditanya apakah ada kemiripan ketiga paket bom.

Dikatakan Boy, kesamaan lain adalah bahan peledak dimasukkan ke dalam ketiga buku yang dibolongi bagian tengahnya. Meski modus ketiganya sama, kata Boy, pihaknya belum bisa menyimpulkan bahwa pelakunya sama. "Masih dalam penyelidikan," kata dia.

Menurut catatan Kompas.com, ini adalah paket bom pertama di Indonesia dalam bentuk buku. Buku setebal 412 halaman dengan judul "Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin" dilobangi bagian tengahnya dan disisipi bom.

Pengirimnya tertulis Drs. Sulaiman Azhar, Lc Alamat: Jl Bahagia Gg Panser No 29 Ciomas Bogor Telp 0813 3222 0579. Polisi tidak menemukan alamat yang dimaksud. Nomor telepon yang tercantum pun tidak bisa dihubungi.

Apa Motifnya?

Terpisah, pengamat intelijen Wawan Purwanto mengaku, sulit untuk menganalisa bom buku tersebut, meski sasarannya bukanlah orang yang aneh untuk diancam pembunuhan, Ulil Absar Abdalla, salah satu pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang selama ini juga menjadi sasaran ancaman pembunuhan.

"Ini memang agak rumit," kata Wawan Purwanto kepada tribunnews.com, Selasa malam (15/3/2011) kemarin.

Menurutnya, untuk menganalisis motif dari pengiriman bom yang akhirnya menyebabkan tangan seorang polisi terancam diamputasi ini, perlu kajian dari berbagai aspek. Apalagi, berbagai permasalahan terjadi di negeri ini.

"Tapi kalau pengalihan isu, terhadap isu yang mengguncang pemerintahan saat ini saya tidak yakin," ujarnya seraya menyesalkan, banyak masalah sosial yang kandas untuk diselesaikan secara tuntas.

"Sekarang banyak terjadi masalah sosial di negeri ini, masalah sentimen agama seperti tidak pernah bisa diselesaikan," ungkapnya.

Dia menambahkan, pihaknya masih mendalami masalah yang sempat memanas di Indonesia. Sebut misalkan saja, soal Ahmadiyah yang belum tuntas.

"Demikian juga dengan kasus Abubakar Ba'asyir, kemungkinannya masih banyak. Saat ini kita sedang menelisik, kenapa Ulil yang menjadi sasaran, dan motifnya apa," imbuhnya.

Sementara itu menanggapi paket bom yang dikirim ke kediaman Ketua Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar pukul 21.00 WIB dinilai bermotif pengacauan.

Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Parsantyo mengatakan, kapasitas Japto tidak memenuhi kualitas sebagai target utama gerakan terorisme.

"Target teroris itu kepala negara, orang asing, kelompok yang memusuhi teroris. Misalnya Ulil dan Gories Mere, kalau bom Japto ini hanya sekadar untuk mengacak saja. Ini sangat cerdik untuk mengecoh Polisi," ujarnya kepada INILAH.COM, Rabu (16/3/2011).

Menurut Mardigu, pelaku sengaja mengirim paket bom ke kediaman Yapto agar menyulitkan Kepolisian dalam melakukan pelacakan dan analisa pengusutan.

"Itulah mengapa saya bilang teror ini memenuhi teori Carver karena sangat tertata rapih, dan juga memiliki strategi bagus," ujarnya.

Seperti diberitakan, selain teror bom Utan Kayu dan BNN, Polisi juga mendapat laporan teror bom di kediaman Ketua Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, ke Polda Metro Jaya, sekitar pukul 21.00 WIB.

Terlepas dari siapa sebenarnya, Japto S Soerjosoemarno. Yang jelas dua target lain bom buku Jakarta, Ulil dan Gorries punya relevansi yang jelas dengan isu radikalisme Islam. Apalagi dengan carut-marutnya isu kekerasan terhadap Ahmadiyah, rasa-rasanya rangkaian teror bom buku ini cukup ampuh dieksploitasi untuk menyegarkan kembali isu terorisme dan ancaman kelompok-kelompok Islam yang dituding sebagai teroris dan ekstrimis.

Jangan Spekulatif!

Menyikapi maraknya teror bom buku di Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Arsyad Mbai meminta semua pihak untuk tidak menganalisis terlalu jauh siapa di balik peristiwa meledaknya bom di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, atau keterkaitannya dengan jaringan tertentu, sebelum ada bukti.

Seperti dikutip Antara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) setelah mengikuti rapat bersama dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto, di Jakarta, Selasa (15/3) mengatakan "Jangan dulu jauh menganalisis, bukti belum jelas... Biarkan polisi bekerja mencari fakta yang obyketif".

Rapat bersama tersebut dihadiri Menko Polhukam, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto di Gedung Kementerian Polhukam.

Ia meminta masyarakat untuk tidak membuat kesimpulan sendiri sehingga kemudian saling menuduh, mencurigai antarkelompok masyarakat dan berujung pada konflik horisontal maupun vertikal.

Dia menjelaskan, saat ini aparat yang bertugas sedang berusaha memastikan jenis bom, rangkaian dan teknik pembuatannya yang menjadi petunjuk untuk melakukan penyidikan lanjutan.

Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto telah meminta pada semua pihak untuk tidak membuat kesimpulan terlalu dini terkait dengan peristiwa meledaknya bom tersebut. Djoko mengatakan aparat kepolisian sedang melakukan penyidikan dan penyelidikan terkait kasus tersebut. Aparat, ujarnya, sedang bekerja sekuat tenaga untuk mencari dan menemukan pelaku serta motif dari tindakan mengirim paket bom tersebut. Ia mengatakan apabila bukti yang diterima sudah lengkap maka akan segera diproses di pengadilan.

Posted on
Rabu, 16 Maret 2011
Subscribe
Follow responses trough RSS 2.0 feed.

No Comments Yet to “Apa Motif di Balik Teror Bom Buku?”


Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.